Hari ini, hujan turun pelan di luar jendela.
Seperti tetesan yang mengetuk-ngetuk tanpa maksud.
Layar ini menyala, putih dan kosong.
Lebih kosong dari ruang antarkamar di jam 3 pagi.
Aku mengetik judul ini: [CATATAN LUSUH].
Bukan karena ingin dimengerti.
Tapi karena perlu meletakkan sesuatu di sini.
Sebelum bayang-bayang itu menenggelamkanku lagi.
Awal yang Sunyi
Blog ini bukan kelahiran.
Ini pengakuan.
Seperti menemukan secarik kertas kuning terlipat di saku jas tua—coretan-coretan dari versi dirimu yang sudah lupa bernapas.
CATATAN LUSUH adalah gubuk retak tempat aku menyimpan semua yang terlalu berat untuk dibawa, tapi terlalu berharga untuk dibuang.
Mengapa Menulis?
Bukan untuk kau baca.
Bukan untuk menyembuhkan.
Tapi karena diam kadang terasa seperti batu di tenggorokan.
Kata-kata adalah cara aku menggali kubur tanpa perlu sekop.
Di sini, aku bicara pada dinding.
Dan dinding itu—mungkin—adalah cerminmu juga.
Yang Akan Kau Temui
- Debu Kenangan: Potongan masa lalu yang mengambang di sinar bulan. Foto yang pudar. Surat yang tak pernah dikirim. Nama yang terhapus setengah.
- Luka yang Berbicara: Bekas sayatan waktu di kulit. Rasa sakit yang sudah jadi puisi. Kegagalan yang lebih jujur dari kesuksesan.
- Pengamatan dari Pinggir: Aku bukan pemain. Hanya penonton yang duduk di bangku belakang. Melihat panggung kehidupan lewat kaca buram.
- Mimpi yang Berdarah: Visi-visi aneh di tengah malam. Mimpi buruk yang lebih nyata dari pagi.
Tentang Kesendirian
Di sini, kesendirian bukan musuh.
Ia adalah teman bicara.
Kami duduk berhadapan, minum kopi dingin, menatap langit-langit yang retak.
Kadang kami tertawa pelan.
Kebanyakan, diam.
Peringatan
Jika kau mencari cahaya—
matamu akan silau.
Ini ruang remang-remang.
CATATAN LUSUH adalah:
- Bukan motivasi.
- Bukan pelarian.
- Bukan jawaban.
Ini hanya gema.
Dari satu jiwa yang tersesat di labirinnya sendiri.
Penutup: Sebelum Kau Pergi
Tak perlu kau tinggalkan komentar.
Tak perlu kau beri aplaus.
Blog ini ibarat pulpen macet di laci—
ia menulis bukan untuk dibaca, tapi agar tak mati diam.
Jika suatu hari kau merasa ada yang bergetar samar di tulisan-tulisan usang ini...
itu artinya kita pernah berdiri di hujan yang sama.
Di kota yang berbeda.
Dengan luka yang serupa.
Selamat datang di sudut sunyiku.
Atau selamat tinggal.
Aku tak akan menahanmu.
CATATAN LUSUH
— coretan pertama di dinding yang lembap

