Selamat datang. Atau, mungkin, selamat tersesat.
Ini bukan tempat yang ramai. Tidak akan kau temukan teriakan tawa atau kilau pencapaian di sini. CATATAN LUSUH lebih mirip sudut sunyi di perpustakaan tua, di mana debu menari pelan dalam sorot remang lampu. Sebuah jendela yang dibuka lewat celah tirai, memantulkan bayang-bayang yang lebih dalam daripada bentuk aslinya.
Aku? Sebut saja... penjaga arsip. Seorang pengumpul fragmen. Yang lebih nyaman berada di balik tumpukan kata-kata usang daripada di bawah sorotan. Blog ini adalah kamar bawah tanahku, gudang kenangan yang berdebu, tempat aku menyimpan gema-gema yang tertinggal, luka-luka yang sudah berkerak tapi kadang masih berdenyut samar, dan pemandangan dunia yang kusaksikan dari tepian, tak sepenuhnya terlibat.
CATATAN LUSUH lahir bukan dari niat mengajari, apalagi menghibur dalam arti yang riuh. Ia muncul dari desahan panjang, dari kegelisahan yang mengendap di larut malam, dari kepekaan yang kadang terasa seperti kutukan. Tulisan di sini adalah percakapan dengan diri sendiri yang kebetulan kau dengar; bisikan-bisikan yang tercatat di kertas buram, coretan-coretan di pinggiran buku harian yang hampir sobek. Mereka berbau kertas lembap, tinta yang memudar, dan waktu yang mengalir pelan, seperti detik jam dinding yang tertinggal.
Bahasa yang kugunakan mungkin seperti kabut – kadang mengaburkan, kadang justru mengungkap bentuk yang lebih jujur dalam samarnya. Aku menyukai metafora yang gelap, kalimat yang menggantung, dan ruang kosong di antara kata-kata. Di sini, yang tak terucapkan seringkali lebih penting daripada yang terangkai jelas. Aku merangkul kesendirian, merenungi kesementaraan, dan memandangi luka-luka lama bukan untuk mengeluh, tapi untuk memahami pola jaring laba-labanya.
Kontennya? Potongan kehidupan yang terlewat. Kenangan yang mengendap di dasar cangkir kopi dingin. Renungan atas kota yang tidur. Pengamatan dari balik kaca. Fragmen mimpi buruk yang tersisa di pagi buta. Puisi yang lahir dari kehampaan. Kritik yang disampaikan lewat bisik, bukan teriak. Semua disaring melalui lensa yang cenderung melankolis, intropektif, dan sedikit... sinis, mungkin. Seperti suara hujan di genteng seng yang bocor.
Mengapa "Lusuh"? Karena yang sempurna itu menakutkan. Yang baru mengkilap seringkali palsu. Yang lusuh punya sejarah. Punya bekas sentuhan, luka, dan waktu yang melekat. Ia jujur. Ia nyaman, seperti sweater tua yang longgar. Di dalam kelusuhannya, tersimpan kehangatan dan kedalaman yang tak dimiliki kain baru yang kaku.
Jadi, jika kau mencari panduan hidup, tips produktif, atau hiburan yang berisik, mungkin kau salah lorong. Tapi jika kau merasakan getar yang sama pada senja yang murung, pada kesunyian yang berbicara, pada keindahan yang tersembunyi di balik retakan... maka selamat datang di sudut sunyi ini.
Duduklah. Tak perlu kau kenali wajahku. Biarkan kata-kata yang usang dan bisikan yang tertulis menjadi penghubung kita. Di CATATAN LUSUH, kita berkomunikasi dalam bahasa bayangan dan gema. Tenang saja. Tak ada yang akan memaksamu tersenyum.
Selamat menjelajahi sudut-sudut yang remang.